BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masalah lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak
diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hiudp di Scochlom, Swedia,
pada tanggal 15 Juni 1972. Di Indonesia, tonggak sejarah masalah lingkungan
hidup dimulai dengan diselenggarakannya Seminar pada tanggal 15-18 Mei 1972.
Isu lingkungan sesungguhnya merupakan isu yang sangat kuas
karena kompleksitas permasalahannya menyangkut aspek-aspek krusial dan beraneka
ragam dari multidisiplin ilmu ekonomi, politik, social dan budaya dan tentunya
dari kelompok ilmu-ilmu eksata yang berkaitan langsung dengan studi physical
environment itu sendiri, seperti: biology, chemistry, geology, forestry dan
sebagainya.
Permasalahan
lingkungan dapat dikategorikan masalah lingkungan lokal, nasional, regional dan
global. Pengkategorian tersebut berdasarkan pada dampak dari permasalahan
lingkungan, apakah dampaknya hanya lokal, nasional, regional atau global.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Isu lingkungan
1.
Isu Lingkungan Lokal
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan.
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis.
Dengan terus menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini
tidak ada atau menghilang sama sekali dari alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon
sangat banyak akibat negatif yang akan menimpa makhluk hidup di muka bumi ini,
antara lain: penyakit-penyakit akan menyebar secara menjadi-jadi, cuaca tidak
menentu, pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena akan mencairnya
es yang ada di kutub Utara dan Selatan.
Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi
masalah ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah
ini sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak
ketinggalan untuk berperan serta dalam menanggulangi masalah yang telah santer
belakangan ini.
Contoh, Penyebab dan Dampak Lingkungan Lokal
a.
Kekeringan : kekeringan adalah kekurangan air yang
terjadi akibat sumber air tidak dapat menyediakan kebutuhan air bagi manusia
dan makhluk hidup yang lainnya. Dampak: menyebabkan ganggungan kesehatan,
keterancaman pangan.
b.
Banjir : merupakan fenomena alam ketika sungai tidak
dapat menampung limpahan air hujan karena proses influasi mengalami penurunan.
Itu semua dapat terjadi karena hijauan penahan air larian berkurang. Dampak:
ganggungan kesehatan, penyakit kulit, aktivitas manusia terhambat, penurunan
produktifitas pangan, dll.
c.
Longsor : adalah terkikisnya daratan oleh air larian
karena penahan air berkurang.
Dampaknya :
terjadi kerusakan tempat tinggal, ladang, sawah, mengganggu perekonomian dan
kegiatan transportasi
d.
Erosi pantai : terkikisnya lahan daratan pantai akibat
gelombang air laut. Dampak : menyebabkan kerusakan tempat tinggal dan hilangnya
potensi ekonomi seperti kegiatan pariwisata.
e.
Instrusi Air Laut : air laut (asin) mengisi ruang bawah
tanah telah banyak digunakan oleh manusia dan tidak adanya tahanan instrusi air
laut seperti kawasan mangrove. Dampaknya: terjadinya kekurangan stok air tawar,
dan mengganggu kesehatan.
2.
Isu Lingkungan Nasional
Tanam Untuk Kehidupan adalah satu komunitas yang punya
perhatian untuk isu-isu lingkungan. Tujuan utama digelar acara ini adalah
sebagai ajang pendidikan dan hiburan untuk membuka opini masyarakat agar peduli
lingkungan bermaksud mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dan
merawat lingkungan mereka sendiri.
a.
Kebaran Hutan : Proses kebakaran hutan dapat terjadi
dengan alami atau ulah manusia . kebakaran oleh manusia biasanya karena
bermaksut pembukaan lahan untuk perkembunan. Dampaknya: memeberi kontribusi CO2
di udara, hilangnya keaneragaman hayati, asap yang dihasilkan dapat mengganggu
kesehatan dan asapnya bisa berdampak kenegra lain. Tidak hanya pada local namun
ke negra tetanggapun juga terkena.
b.
Pencemaran minyak lepas pantai : hasil ekploitasi
minyak bumi diangkut oleh kapal tanker ke tempat pengolahan minyak bumi.
Pencemaran minyak lepas pantai diakibatkan oleh sistem penampungan yang bocor
atau kapal tenggelam yang menyebankan lepasnya minyak ke perairan.
Dampak : mengakibatkan limbah tersebut dapat tersebar
tergantung gelombang air laut. Dapat berdampak kebeberapa negara, akibatnya
tertutupnya lapisan permukaan laut yang menyebabkan penetrasi matahari berkurng
menyebabkan fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen, dan dapat menyebabkan
kematian organisme laut.
B.
Isu perubahan iklim dan pemanasan global ( global
Warming )
Atmosfer bumi tidak pernah bebas dari perubahan. Komposisi,
suhu dan kemampuan membersihkan diri selalu bervariasi sejak planet bumi ini
terbentuk. Makin meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya
kegiatan manusia terutama dalam bidang transportasi, maka pakar-pakar atmosfer
dunia memprediksi akan terjadi kenaikan suhu diseluruh permukaan bumi yang
dikenal dengan pemanasan global. Pemanasan global terjadi sangat cepat yang
disebabkan peningkatan efek rumah kaca dan gas rumah kaca.
Perubahan (kenaikan) suhu yang cepat akan menyebabkan
terjadinya perubahan iklim yang cepat. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya
hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap
karbon dioksida (CO2) di atmosfer. Lebih jauh lagi, pemanansan global dapat
menyebabkan lepasnya karbon yang tersimpan di tanah dalam bentuk bahan-bahan
organik yang kemudian teruraikan menjadi CO2 dan CH4 oleh kegiatan mikroba
tanah. Iklim yang bertambah panas akan meningkatkan aktivitas mikroba yang pada
akhirnya akan meningkatkan pemanasan global.
Pemanasan global menyebabkan mencairnya gunung-gunung es di
daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut, yang dapat
mengancam pemukiman pinggir pantai, erosi di wilayah pesisir, kerusakan hutan
bakau dan terumbu karang, perubahan lokasi sedimentasi, berkurangnya intesitas
cahaya di dasar laut serta naiknya gelombang air laut.
Jadi perubahan iklim akibat pemanasan global bukan saja
berdampak negatif terhadap ekosistem, melainkan melainkan juga langsung
mempenggaruhi social-ekonomi dan kelangsungan masyarakat.
a.
Hujan asam
Pandangan bahwa pencemaran udara semata-mata merupakan
masalah urban kini mulai berubah, hal ini terjadi setelah adanya fakta turunnya
hujan asam dan pencemaran udara regional atau lintas batas lainnya. Atmosfer
dapat mengangkut berbagai zat pencemar ratusan kilometer jauhnya sebelum
menjatuhkannya ke permukaan bumi.
Dampak negatif dari hujan asam selain rusaknya bangunan dan
berkaratnya benda-benda yang terbuat dari logam, juga terjadinya kerusakan
lingkungan terutama pengasamana (acidification) danau dan sungai.ribuan danau
airnya telah bersifat asam sehingga tidak ada lagi kehidupan akuatik, dikenal
dengan “danau mati”. Selain itu, hujan asam juga mengancam komodisi pertanian
dan merusak hutan.
b.
Menipisnya lapisan Ozon
Lebih dari setengah abad lamanya dirasakan adanya
kerusakan lapisan ozon sehingga terjadi penipisan lapisan tersebut di
stratosfer. Hal ini teramati pada setiap musim semi di wilayah selatan bumi,
suatu lubang terbuka pada lapisan di bagaian atas ozon. Pada ketinggian 15-20
km diatas Antartika, 95% lapisan ozon telah lenyap.
Lubang ini bertambah besar sejak tahun 1979. Lapisan ozon
ini juga telah dibuktikan oleh data satelit cuaca Nimbus 7 milik badan ruang
angkasa Amerika Serikat (NASA) dan terdapat banyak bukti yang menyatakan bahwa
penipisan lapisan ozon telah terjadi diseluruh dunia.
Rusaknya lapisan ozon berpengaruh pada intensitas sinar
ultraviolet matahari yang berbahaya bagi mahluk hidup di bumi. Radiasi
ultraviolet menyebabkan kanker kulit, katarak mata, menekan efisiensi sistem
kekebalan tubuh, sehingga memudahkan kanker menyebar luas, menurunkan kualitas
komoditi pertanian (seperti : tomat, kentang, kubis, kedelai) dan kehutanan. Radiasi
ultraviolet tersebut juga dapat menimbulkan kerusakan sampai 20 m dibawah
permukaan air yang jernih, terutama berbahaya bagi plankton, benih ikan, udang
dan kepiting serta tumbuhan yang memegang peranan penting dalam rantai makanan
di laut.
C.
DAMPAK DARI PEMANASAN GLOBAL
Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola
presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global.
Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan
mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan
air laut, pantai,
pertanian,
kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
1. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global,
daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan
memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan
mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di
perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan,
mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis,
bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin
dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
2. Peningkatan permukaan laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga
akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama
sekitar Greenland,
yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia
telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para
ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi)
pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi
kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan
6 persen daerah Belanda,
17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai,
dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai,
banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan
menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan
negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
3. Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan
menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya
tidak sama di beberapa tempat.
Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari
lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju)
musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum
puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit
menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai
manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub
atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari
daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi,
pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang
bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau
lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu
secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian.
Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul
kelaparan dan malnutrisi.
Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air
laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian
akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan
penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering
muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
D.
PENGENDALIAN PEMANASAN GLOBAL
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar
1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan
saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan.
Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan
langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah
pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya
air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk
pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat,
dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur)
habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara.
Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini
untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin
bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke
atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain.
Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi
produksi gas rumah kaca.
Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung.
Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak
untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil
Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah
seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah
dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana
karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan
diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah
pembakaran bahan bakar fosil. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya
secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke
udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan
dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Beberapa konferensi
dan perjanjian tingkat internasional juga semakin gencar diupayakan. Perjanjian
itu lebih mengarah ke perdagangan karbon dan peraturan pemotongan emisi bagi
negara-negara industri yang memegang presentase paling besar dalam pelepasan
gas-gas rumah kaca.
Daftar Pustaka
MAKALAH
ILMU KEALAMAN DASAR
Tentang
Isu Linguknan “
Global Warming”
Oleh
Ira Yunita
1100271/2011
Absen 5
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
2013